
Hai Sahabat Sehat! Siapa nih yang suka banget sama anak kecil? Melalui wajah dan tingkah lakunya membuat kamu yang melihatnya merasa happy. Tapi semua itu bisa sirna saat anak kecil tantrum.
Tantrum adalah perilaku tidak terkendali pada anak yang menunjukkan berbagai reaksi seperti menangis, berteriak, merengek, menendang dan melempar benda di sekitarnya. Biasanya ini terjadi karena keinginannya tidak terpenuhi.
Bagaimana kah cara menyikapi tantrum pada anak? Apakah sebaiknya langsung dituruti saja keinginannya supaya tantrumnya berhenti? Simak penjelasan berikut untuk langkah tepat menyikapinya.

Jangan Segera Memberikan Keinginan Anak
Orang tua terkadang panik karena anak tantrum, sehingga supaya lebih cepat membuat anak berhenti tantrumnya langkah yang diambil adalah dengan memberikan apa yang anak inginkan saat itu. Padahal langkah ini dinilai kurang tepat.
Pasalnya, apabila sering dilakukan, anak akan menjadikan tantrum sebagai senjata andalan untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Sebaliknya, berikan perhatian dan pujian ketika anak tenang dan berperilaku dengan baik.
Memberi Waktu Hingga Tenang
Orang tua perlu memberikan anak beberapa menit untuk anak menenangkan dirinya sendiri. Jika emosinya mulai terkontrol, sampaikan bahwa keinginannya tidak dapat dipenuhi dan berikan alasan yang bisa diterima anak. Latih anak mengenali emosi mereka dan bagaimana mengatasi perasaan ketika keinginan mereka tidak terpenuhi. Bantu mereka mengembangkan keterampilan pengelolaan emosi tersebut.
Memberi Pilihan yang Lebih Baik
Terkadang apa yang diinginkan anak bisa membahayakan dirinya atau orang lain. Jika ada potensi bahaya, tentu perlu ditolak. Namun apabila sifatnya bisa diberikan opsi lain, maka berilah opsi terbaik. Misalnya ketika anak ingin makanan ‘X’ yang kurang sehat, berikan beberapa pilihan makanan A, B atau C yang lebih sehat. Jika bisa dituruti dengan yang lebih baik, kenapa tidak?

Tidak Bertindak Keras
Biasanya, tantrum ini tidak terkendali, anak bisa berteriak kencang, melempar benda-benda dan tindakan agresif lainnya, membuat orang tua terkadang juga kesal menyikapinya, hingga berkata-kata atau melakukan hukuman fisik yang keras pada anak. Cara ini dinilai tidak efektif, justru membuat anak memiliki trauma psikologis yang mungkin akan mereka ingat hingga tumbuh besar.
Sahabat Sehat itu tadi beberapa cara menyikapi ketika anak tantrum. Perlu trial and error untuk mengetahui langkah mana yang paling tepat dengan anak. Mengingat karakteristrik dari setiap anak sangat beragam, pendekatan yang digunakan juga perlu disesuiakan dengan karakteristik si kecil.
Editor & Proofreader: Zafira Raharjanti, STP